Demi Tambahan Waktu Istirahat, Pekerja Rela Dipotong Gaji



img
foto: Thinkstock
Banyaknya karyawan stres menunjukkan bahwa beban pekerjaannya sangat berat sementara waktu istirahat sangat terbatas. Menurut survei di Australia, hampir 50 persen karyawan pilih potong gaji asal diberi kelonggaran untuk bersantai.

Survei yang merupakan bagian dari program New York Project ini melibatkan 17.000 karyawan di seluruh Australia, yang mewakili berbagai latar belakang bidang pekerjaan. Tujuannya adalah mengungkap tingkat kepuasan dan harapan para karyawan atas pekerjaannya.

Hasilnya menunjukkan bahwa banyak di antara para responden yang mengeluh terlalu sibuk sehingga tidak sempat bersantai. Total sebanyak 43 persen rela kesejahteraannya dipangkas, demi mendapatkan sedikit kelonggaran untuk santai dan beristirahat.

Sekitar 25 persen karyawan rela mengembalikan gajinya sebanyak AU$ 5.000 atau sekitar Rp 437 juta demi mendapatkan waktu longgar untuk bersantai. Sebanyak 10 persen rela mengembalikan AU$ 10.000 atau sekitar 875 juta, sedangkan 7 persen siap membayar lebih banyak lagi.

"Kita sering berpikir bahwa penghargaan atas prestasi kerja selalu berhubungan dengan uang. Hasil survei ini mengungkap, tidak selamanya demikian," ungkap pakar kesehatan kerja yang terlibat dalam penelitian tersebut, Juliet Bourke seperti dikutip dariNews.com.au, Jumat (7/10/2011).

Berbagai penelitian menunjukkan, stres yang tinggi di kalangan pekerja kantoran justru akan mengurangi produktivitas. Bagi perusahaan sendiri, memberikan waktu istirahat yang cukup malah menguntungkan karena tidak harus menanggung risiko karyawan sakit karena stres.

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Post Office Travel Insurance menungkap, libur ekstra tiap 2 bulan sekali sudah cukup untuk menyegarkan pikiran para karyawan. Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi, karyawan bisa mengalami depresi maupun burnout atau hilang semangat.

Indahnya Berbagi

Related Posts

Previous
Next Post »